Hello Teman-teman,
Aku kembali lagi dan lagi menulis perjalananku. Perjalanan kali ini aku bersama teman-temanku menuju Dataran Tinggi Dieng. Bermodalkan sisa-sisa energiku, kami menuju Dieng. Oiya karena enggak pingin ribet kali ini kami ikut open trip @haraduta (Cari aja website/instagramnya). Perjalanan open trip kali ini sebenarnya bukanlah perjalanan open trip yang pertama, aku beberapa kali juga pernah mengikuti open trip.
Disini kami berangkat ber-5 Aku, kedua sahabat dekatku (Alfi & Santi), teman kuliahku (Ria), dan teman yang baru kenal (Puja, dia teman kuliahnya Alfi). Ya begitulah pokoknya selalu ada teman baru ketika melakukan perjalanan. Hhehehe
Singkat Cerita,
Kami berangkat menggunakan open trip @haraduta, kami berangkat Jumat pukul 21.30 WIB dari titik point yaitu Plaza Festival Kuningan Jakarta Selatan. Oiya sekali lagi kelebihan dari open trip ini kita hanya mengikuti tour leader jadi enggak perlu repot-repot menyusun intenerary lagi yaa.
~Sabtu
Pagi yang cerah tiba di Dieng. Alhmamdulillah disambut mentari pagi yang cerah & tentunya kita belum mandi donk heheheh tapi tenang kita bawa parfume yg banyak kok. Setelah sarapan pagi kita menuju beberapa destinasi:
*Batu Ratapan Angin*
Nama batu ratapan angin ini mungkin bisa kita rasakan ketika kita menjajaki tempat tersebut. Dari tempat parkir kemudian sedikit jalan kaki menanjak untuk sampai atas anda akan merasakan betapa indahnya pemandangan tersebut. Diiringi hembusan angin yang kadang menimbulkan bunyi sehingga cocok untuk anda meratapi masa depan yang cerah. Karena hal inilah mungkin tempat ini disebut batu ratapan angin, atau batu pandang.
Zaman dulu masyarakat sekitar percaya adanya cerita dibalik tempat ini. Konon katanya pernah hidup seorang pangeran tampan dan putri jelita yang hidup rukun dan damai. Hingga pada akhirnya mereka menerima cobaan hidup dimana hadirnya orang ketiga yang menggoda sang istri yang cantik. Sang istri yang tadinya setia mulai goyah kesetiaannya untuk berpaling dari pangeran.Hingga akhirnya suatu saat sang pangeran mengetahui perselingkuhan antara orang ketiga dengan sang istri di hutan sebelah telaga warna. Sang pangeran marah dan mereka berkelahi baik sang pangeran maupun orang ketiga tersebut. Karena pangeran memiliki kesaktian luar biasa ia mengubah sang istri menjadi batu yang tertunduk dan mengubah orang ketiga menjadi batu yang berdiri. Setelah kejadian tersebut pangeran sering mengunjungi tempat ini apakah mereka berdua masih mejadi batu. Angin yang bertiup kencang menembus bebatuan sehingga menimbulkan bunyi dipercaya merupakan ratapan kesedihan dan penyesalan dari sang istri. Inilah yang menjadi cerita sejarah batu pandang atau batu ratapan angin oleh masyarakat sekitar (https://dieng.me/batu-pandang-ratapan-angin-wonosobo/)
Jadi batu ratapan angin ini tempatnya bagus, kita bisa melihat pemandangan yang ada dibawah bukit dan kita juga bisa melihat danau 2 warna dari atas bukit.
*Batu Ratapan Angin*
Nama batu ratapan angin ini mungkin bisa kita rasakan ketika kita menjajaki tempat tersebut. Dari tempat parkir kemudian sedikit jalan kaki menanjak untuk sampai atas anda akan merasakan betapa indahnya pemandangan tersebut. Diiringi hembusan angin yang kadang menimbulkan bunyi sehingga cocok untuk anda meratapi masa depan yang cerah. Karena hal inilah mungkin tempat ini disebut batu ratapan angin, atau batu pandang.
Zaman dulu masyarakat sekitar percaya adanya cerita dibalik tempat ini. Konon katanya pernah hidup seorang pangeran tampan dan putri jelita yang hidup rukun dan damai. Hingga pada akhirnya mereka menerima cobaan hidup dimana hadirnya orang ketiga yang menggoda sang istri yang cantik. Sang istri yang tadinya setia mulai goyah kesetiaannya untuk berpaling dari pangeran.Hingga akhirnya suatu saat sang pangeran mengetahui perselingkuhan antara orang ketiga dengan sang istri di hutan sebelah telaga warna. Sang pangeran marah dan mereka berkelahi baik sang pangeran maupun orang ketiga tersebut. Karena pangeran memiliki kesaktian luar biasa ia mengubah sang istri menjadi batu yang tertunduk dan mengubah orang ketiga menjadi batu yang berdiri. Setelah kejadian tersebut pangeran sering mengunjungi tempat ini apakah mereka berdua masih mejadi batu. Angin yang bertiup kencang menembus bebatuan sehingga menimbulkan bunyi dipercaya merupakan ratapan kesedihan dan penyesalan dari sang istri. Inilah yang menjadi cerita sejarah batu pandang atau batu ratapan angin oleh masyarakat sekitar (https://dieng.me/batu-pandang-ratapan-angin-wonosobo/)
Jadi batu ratapan angin ini tempatnya bagus, kita bisa melihat pemandangan yang ada dibawah bukit dan kita juga bisa melihat danau 2 warna dari atas bukit.
*Telaga Warna*
Telaga Warna Dieng adalah salah satu objek wisata yang berada di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Wonosobo.Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah.Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga tampak berwarna warni.
Telaga Warna berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut, dan dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi yang menambah pesona keindahan alam sekitar telaga warna. Keindahan telaga warna akan lebih terasa jika pengunjung naik ke salah satu bukit yang mengelilingi telaga ini. Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena pada sore hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga pengunjung tidak dapat menikmati keindahan alamnya.
Harmonisasi alam dengan udara yang sejuk dan bersih membuat suasana Telaga Warna Dieng begitu memikat. Para wisatawan juga akan merasakan suasana mistis yang hening disempurnakan oleh kabut putih dan pepohonan yang rindang.
Di sekitar Telaga Warna Dieng tedapat beberapa gua yang juga patut untuk dikunjungi, seperti Gua Semar Pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati. Di depan gua ini terdapat arca wanita dengan membawa kendi. Gua ini juga memiliki kolam kecil yang airnya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik. Ada juga Gua Sumur Eyang Kumalasari, dan Gua Jaran Resi Kendaliseto. Selain itu, ada pula Batu Tulis Eyang Purbo Waseso. Gua-gua di sekitar telaga warna ini sering dijadikan sebagai tempat meditasi (Internet).
Candi Arjuna merupakan salah satu bangunan candi di Kompleks Percandian Arjuna, Dieng. Candi Arjuna diperkirakan sebagai candi tertua, candi ini diperkirakan dibangun pada abad 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno. Di kompleks ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi Arjuna terletak paling utara dari deretan percandian di kompleks tersebut. Sementara itu, Candi Semar adalah candi perwara atau pelengkap dari Candi Arjuna. Kedua bangunan candi ini saling berhadapan
~Minggu
*Puncak Sikunir
Candi Arjuna merupakan salah satu bangunan candi di Kompleks Percandian Arjuna, Dieng. Candi Arjuna diperkirakan sebagai candi tertua, candi ini diperkirakan dibangun pada abad 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno. Di kompleks ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi Arjuna terletak paling utara dari deretan percandian di kompleks tersebut. Sementara itu, Candi Semar adalah candi perwara atau pelengkap dari Candi Arjuna. Kedua bangunan candi ini saling berhadapan
Selama di puncak sikunir ini kita nyobain beberapa makanan khas dieng, gorengan, kentang unyilnya dieng yang dimasak dengan berbagai rasa, ada juga kentang rebus, kentang goreng, kentang semur dll. Lanjuttt...Sekitar Jam 10 an pagi kita kembali ke penginapan untuk packing barang-barang dan makan lagi. Setelah sholat Zuhur kita checkout dari penginapan dan kembali ke Jakarta. Diperjalanan baru menikmati indahnya pemandangan dataran tinggi dieng. Berharap suatu hari nanti bisa kembali kesini lagi nyobain mie ongklo & sate nya Wheheheh.
Sebenarnya ada beberapa sejarah mengenai dieng namun nanti sepertinya akan aku tulis secara terpisah (Insyaallah). Udahh gitu aja deh. Sekiann dulu perjalanan bersama sahabat-sahabatku..
*Puncak Sikunir
Candi Arjuna merupakan salah satu bangunan candi di Kompleks Percandian Arjuna, Dieng. Candi Arjuna diperkirakan sebagai candi tertua, candi ini diperkirakan dibangun pada abad 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno. Di kompleks ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi Arjuna terletak paling utara dari deretan percandian di kompleks tersebut. Sementara itu, Candi Semar adalah candi perwara atau pelengkap dari Candi Arjuna. Kedua bangunan candi ini saling berhadapan
Sebenarnya ada beberapa sejarah mengenai dieng namun nanti sepertinya akan aku tulis secara terpisah (Insyaallah). Udahh gitu aja deh. Sekiann dulu perjalanan bersama sahabat-sahabatku..
Finisshhh ye liburannya selesai.
Happy Weekend All My Friends.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar